Terhitung sudah 18 Tahun aku dirumah, menjalai kehidupan monotone, masih bergantung pada orang tua, khususnya Ibuku. Bisa dibilang aku adalah orang yang selalu dimanja oleh ibuku, dimanja dalam arti lain, bukan menuruti semua yang aku inginkan, tapi memberikan cara bagaimana aku mendapatkan apa yang aku inginkan, begitulah sosok ibu dimataku selama 18 tahun aku di sampingnya.
Aku adalah orang yang tidak bisa lepas jauh dari rumah, untuk main malam Hari pun tidak pernah, bukan takut, tapi rasa malas karena sudah terlalu nyaman dirumah, suasana nyaman yang selalu diberikan oleh kedua orang tuaku di rumah. Sebagai anak cowok pertama, bisa dibilang manja, karena baru saat kelas 2 SMA aku berani main keluar malam, itu pun karena ajakan dan paksaan teman-teman.
Sebenarnya kehidupan dirumah tidaklah senyaman yang selalu dipikirkan, setidaknya rasa itu di mulai sejak aku lulus SMA, yah, setelah lulus SMA aku tidak langsung melanjutkan kehidupan di luar rumah, masih banyak pertimbangan yang membuat aku menunggu 1 tahun untuk melanjutkan sekolah.
Berada di rumah dalam waktu 1 tahun tanpa kegiatan sekolah atau pun lain sebagainya adalah hal yang bisa membuat tumbuh lumut di kepala ini, sangat membosankan, sangat lama, kehidupan selalu terjadi seperti itu, dan terulang kembali di esok paginya. Mencuci, menjemur, menyapu rumah, mengurus adik, aku sempat berfikir aku menjadi pembantu di rumah, itu lah salah satu penyebab aku ingin segera keluar dari rumah, ingin segera mencoba melanjutkan hidup, diluar rumah.
Sampai pada suatu hari,
saat itu pun tiba, 1 September 2012 aku resmi keluar dari rumah, untuk melanjutkan usahaku menuju masa depan, menuju cita-citaku. Yah, aku keluar dari rumah dan tidak tinggal lagi di dekapan orang tua ku, dalam waktu yang lama, untuk pertamakali nya.
saat itu pun tiba, 1 September 2012 aku resmi keluar dari rumah, untuk melanjutkan usahaku menuju masa depan, menuju cita-citaku. Yah, aku keluar dari rumah dan tidak tinggal lagi di dekapan orang tua ku, dalam waktu yang lama, untuk pertamakali nya.
Saat itu aku merasa senang, bisa bebas melakukan apa yang aku inginkan di luar sini tanpa ada batasannya, uang yang selalu dikirim oleh orang tuaku, menjamin kehidupanku, mereka juga tidak meminta laporan pertanggung jawabban dari uang yang sudah mereka berikan dengan keringat mereka. 700 ribu 1 bulan bukan lah sedikit untuk Ibuku yang PNS dan Bapak ku yang sopir swasta, dan dirumah masih ada 2 adik ku yang masih SMP dan SD. Aku masih merasa, iya ini memang hak ku yang harus aku dapat. Dan aku terkadang selalu merasa kurang akan hal itu.
Waktu berjalan, aku menjalani kehidupan di kota rantau ini, aku mulai beradaptasi dengan kondisi dan budaya baru, memang setiap 2 minggu sekali terkadang aku pulang kerumah untuk sekedar melepas rindu dan juga meminta uang tambahan. Namun, kali ini berbeda.
Tidak kusangka aku sudah 5 bulan di kota rantau ini, 5 bulan bukan waktu yang lama jika melihat berapa lama yang aku sudah habiskan dirumah, apa lagi masih sering aku pulang pada akhir pekan jika waktu memang memungkinkan. Dengan kegiatan di Kampus yang kadang menyenangkan dan bebas, membuat aku kadang malas pulang.
Namun akhir-akhir ini sadar, terkadang aku benar-benar ingin pulang, bukan untuk meminta uang, bukan untuk melepas penat. Aku ingin pulang, karena aku Rindu padamu, Ibu. Sudah hampir 3 minggu aku tidak pulang dan mungkin untuk bulan ini aku tidak bisa pulang, memang kedengarannya konyol mengingat banyak teman yang baru bisa pulang saat Idul Fitri saja, namun aku bukan mereka, aku merasa mempunyai perasaan yang aneh, satu tahun dirumah aku benar-benar merasakan semua perhatian orang tuaku tercurah, khususnya dari Ibuku.
Entah kenapa, hari ini, aku merasa sangat sedih, teman satu kos ku yang juga tetanggaku di kampung halaman datang membawakan oleh-oleh dari ibuku, untuk orang lain, mungkin momen ini akan terasa sangat menyenangkan dan membahagiakan, namun untuk ku berbeda, entah kenapa, Air mataku mengalir setelah aku menerima ini.
Aku sadar, bahwa Ibuku selalu memberikan ku, lebih dari apa yang aku butuhkan, aku sadar, ibuku selalu merindukanku untuk pulang, aku tidak tahu, aku baru merasakannya di akhir-akhir ini, beberapa kali ibu menanyakan kapan aku pulang, aku sadar, aku sudah terlalu tidak peduli dengan rumah, aku sadar, ada yang membutuhkanku dirumah, aku sadar, ibuku merasa kehilangan.
Saat aku dirumah, aku semua yang mengerjakan pekerjaan rumah, entah menyapu, mengepel, mencuci gerabah, menggembala kambing, semua aku lakukan bukan karena aku mau, hanya untuk membunuh waktu luangku. Namun kali ini aku sadar, betapa berartinya apa yang aku lakukan untuk membantu ibuku. Ibuku adalah seorang PNS, sibuk, ayahku adalah pekerja swasta yang harus selalu bekerja 20 jam untuk memenuhi kebutuhan 3 anaknya, termasuk aku.
Sekarang, saat aku pergi, aku sadar siapa yang mencuci, siapa yang harus menggembala kambing siapa yang mengurus semua kebutuhan rumah, Ibu. Semua dilakukan oleh Ibu ku, bagaimana beliau bisa melakukan semuanya, mengurus adik ku sekolah di pagi hari, setelah itu bekerja sampai siang, setelah pulang harus beres-beres rumah, setelah itu menggembalakan kambing, lalu berangkat lagi sampai sore, dan memasak, dan semua pekerjaan baru seleasai pada malam hari, tidak ada waktu istirahat yang cukup, apa lagi ibuku sudah kehilangan 1 ginjalnya, sudah tidak bisa terlalu lelah. Sedangkan bapak ku selalu berangkat pagi dan pulang malam, selalu seperti itu, dan bahkan sampai pagi lagi.
Tidak aku sangka hari ini aku bisa meneteskan air mata ku, aku sedih, aku menangis, aku ingin menjerit, apa yang sudah aku lakukan disini terasa begitu menyiksamu bu, aku terlalu boros, aku tidak tahu harus berkata apa,aku hanya bisa menangis mengingat apa yang sudah engkau berikan dan lakukan untuk ku.
Aku sadar, aku sudah terlalu banyak membuatmu kecewa, aku terlalu banyak menyiksamu secara tidak langsung bu, aku belum bisa membuat mu bangga, namun apa yang bisa aku lakukan sekarang? Apakah aku harus mundur dan pulang saat tahap perjuangan ini? Aku yakin ini akan semakin menyiksamu bu, aku sadar, yang harus aku lakukan adalah terus maju, terus berjuang dan tidak menyia-nyiakan apa yang sudah engkau berikan bu, Bu, tunggu 3 tahun lagi, dan aku akan membuat mu bangga akan apa yang telah aku usahakan selama ini, aku janji bu.
Mungkin untuk saat ini, aku hanya bisa meneteskan air mata ini, air mata tanda aku rindu padamu, IBU.
Fotoku Dan Ibuku yg Aku simpan Di Kamar Kos :') |
0 comments:
Post a Comment